Aku menemukannya
dalam derasnya hujan, saat beberapa orang yang lalu lalang dengan membawa payung
ditangan mereka masing-masing tanpa mempedulikan ragaku yang basah kuyup. Selangkah
dua langkah hingga langkah yang kesembilan bundar payung yang ia pegang telah
meneduhkanku dari dinginnya hujan.
Tak begitu jelas
wajahnya, wajahnya kabur oleh kabut dan gumpalan air mata yang masih menganak
di mataku, hanya satu yang bisa kulihat jelas kerudung putihnya yang lebar,
sekilas tercium parfum aroma buah yang lembut dihidungku, tangan hangatnya
telah membawaku ke rumah yang sekarang telah menjadikan aku terasa menjadi
manusia sebenarnya, sepuluh tahun menjelma menjadi beradalan jalanan dalam
gelimang dosa dan kehampaan batin, hingga cahaya kecil itu lambat laun hadir
dalam kasih sayang seorang gadis yang kupanggil Uni itu.
Namun pengantar
cahaya itu kini terletak lunglai tiada tenaga, karena sakit parah yang ia derita,
hanya senyuman manis dari wajah oval dengan lesung pipit di kedua pipinya yang
terus terulas diwajahnya, senyuman yang ia tebar dalam sakitnya, bagaimanapun
resah itu masih tetap ada, takut kehilangan uni, takut uni pergi jauh.
“Ran, kenapa
menatap uni seperti itu? Uni benar benar tidak apa” senyuman uni kembali
meluluhkan kecemasanku.
“ah, tidak Uni, Ran
Cuma ingat pertama kali kita bertemu, kalau tidak karena Uni, Ran mungkin akan
terus menjadi manusia yang tersesat di ruang hitam tanpa cahayaNya” kupegang
tangan Uni yang sedikit dingin .
“Uni senang, jika
pertemuan kita saat itu adalah sebuah Hidayah untuk Ran, Uni sudah menganggap
Ran bagai adik Uni sendiri”
“terima kasih Uni”
“Ran, Pertahankan
semuanya… istiqomahlah… uni ingin Ran menjadi wanita sholeh, paling kurang
untuk diri Ran sendiri”
Aku mengannguk, aliran
hangat telah menyentuh kerongkonganku, panas hingga mengeluarkan air mata, kupegang
erat tangan Uni hingga tak sadar tangisanku meledak dihadapannya, hujan deras
diluar sana, menostalgiakan awal pertemuan dengan uni, tangan lembut uni
membelai kepalaku, sentuhan sayangnya membuatku tertidur, entah berapa lama aku
tertidur dan membiarkan uni pergi, pergi dalam dalam dekapan tangannya yang
telah dingin, tangan hangatku memegang erat tangannya yang dingin, seperi pertama kali aku bertemu dengannya.. tangan
hangat yang memegang erat tangan ku yang dingin.. uni benar telah pergi
menghadapNya,
“Ya Robb
tempatkanlah ia ditempat terindah disisiMU, tempat yang hangat oleh cinta
kasihMu sebagaimana ia memberikanku tempat yang hangat penuh cinta yang telah
membawaku mengenalMU..Amiin”
Diluar hujan masih
deras, tanpa payung, kutelusuri jalanan
tempat pertama kali aku bertemu dengan Uni, diantara lalu lalang pejalan kali yang
memandangku heran. Hujan menyembunyikan air mataku, hujan kuharap kau
pertemukan lagi aku dengan Uni,memayungiku, memegang erat tanganku… walau hanya
bayanganya…^^
Cahaya Kecil, 14 Juli 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar